Let’s Discuss!
Just fill out the sign up form and one of our team members will get back to you.
Perkembangan teknologi digital yang pesat membawa dunia ke dalam era baru yang disebut Society 5.0. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jepang sebagai visi masa depan masyarakat yang mengintegrasikan ruang fisik dan digital melalui teknologi mutakhir seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan robotika. Society 5.0 bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dengan solusi inovatif berbasis teknologi. Namun, di balik peluang tersebut, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi para peneliti dalam beradaptasi dan berinovasi.
Interdisipliner dan Kolaborasi Global Penelitian di era Society 5.0 tidak lagi dapat dilakukan secara sektoral. Pendekatan interdisipliner menjadi keharusan, di mana teknologi, sosial, ekonomi, dan humaniora harus berkolaborasi. Peneliti dituntut untuk mampu menjembatani berbagai bidang ilmu dan membangun kerja sama lintas negara, budaya, dan kepentingan.
Ketersediaan dan Keamanan Data Society 5.0 sangat bergantung pada data besar (big data) sebagai sumber utama pengambilan keputusan. Tantangannya adalah memastikan akses terhadap data yang relevan, berkualitas, dan legal, serta menjaga privasi dan keamanan data pribadi dalam proses penelitian.
Etika dan Regulasi Inovasi yang cepat sering kali mendahului regulasi yang memadai. Peneliti harus peka terhadap isu-isu etika dalam penggunaan AI, pengumpulan data, dan dampak sosial dari teknologi. Penelitian yang tidak mempertimbangkan aspek etika berisiko menciptakan ketimpangan atau penyalahgunaan teknologi.
Kompleksitas Masalah Sosial Era Society 5.0 menuntut solusi untuk masalah yang kompleks seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial, dan ketahanan pangan. Tantangan bagi peneliti adalah bagaimana merumuskan pendekatan sistemik dan berbasis teknologi yang tetap berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.
Akses dan Infrastruktur Teknologi Tidak semua wilayah atau institusi memiliki akses dan infrastruktur teknologi yang memadai. Kesenjangan digital menjadi hambatan dalam pemerataan penelitian dan implementasi hasil riset. Hal ini menuntut kebijakan yang mendorong pemerataan sumber daya penelitian.
Kapasitas Sumber Daya Manusia Peneliti perlu memiliki kompetensi baru, termasuk literasi digital, kemampuan analisis data, dan penguasaan teknologi mutakhir. Proses transformasi SDM menjadi krusial agar mereka dapat bersaing dan berkontribusi dalam ekosistem penelitian global.
Society 5.0 membuka peluang besar bagi dunia penelitian untuk berkontribusi dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik, inklusif, dan berkelanjutan. Namun, hal ini hanya dapat tercapai jika tantangan-tantangan di atas dapat dihadapi secara strategis melalui kolaborasi lintas sektor, peningkatan kapasitas, serta komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan etika. Peneliti di era ini tidak hanya menjadi penghasil pengetahuan, tetapi juga agen perubahan sosial.